Senin, 24 Februari 2014

Ulama Bukan Tuhan

Wahai saudaraku yang mengagung-agungkan para ulama terdahulu maupun terkini.

Jangan hanya karena para ulama terdahulu tidak memahami embriologi sehingga mereka tidak mampu menafsirkan Surah al-Mu'minun: 12-14 secara detil, kemudian kita menganggap bahwa menghubung-hubungkan embriologi dengan Al-Quran adalah utak-atik gathuk, hal baru yang diada-adakan, atau kebiasaan orang-orang Yahudi, padahal Allah SWT telah menjadikan Surah al-Mu'minun: 12-14 berkorelasi dengan embriologi sebagai bukti kebenaran Al-Quran. 

Jangan hanya karena para ulama terdahulu tidak memahami astrometri sehingga mereka tidak mampu menafsirkan Surah al-Anbiyaa : 33 secara detil, kemudian kita menganggap bahwa menghubung-hubungkan astrometri dengan Al-Quran adalah utak-atik gathuk, hal baru yang diada-adakan, atau kebiasaan orang-orang Yahudi, padahal Allah SWT telah menjadikan Surah Al-Anbiyaa : 33 berkorelasi dengan astrometri sebagai bukti kebenaran Al-Quran. 

Jangan hanya karena para ulama terdahulu tidak memahami geologi sehingga mereka tidak mampu menafsirkan Surah `Abasa: 26 secara detil, kemudian kita menganggap bahwa menghubung-hubungkan geologi dengan Al-Quran adalah utak-atik gathuk, hal baru yang diada-adakan, atau kebiasaan orang-orang Yahudi, padahal Allah SWT telah menjadikan Surah `Abasa: 26 berkorelasi dengan geologi sebagai bukti kebenaran Al-Quran. 

Jangan hanya karena para ulama terdahulu tidak memahami kriptografi sehingga mereka tidak mampu menafsirkan Surah al-Muddatstsir: 31 secara detil, kemudian kita menganggap bahwa menghubung-hubungkan kriptografi dengan Al-Quran adalah utak-atik gathuk, hal baru yang diada-adakan, atau kebiasaan orang-orang Yahudi, padahal Allah SWT telah menjadikan Surah al-Muddatstsir: 31 berkorelasi dengan kriptografi sebagai bukti kebenaran Al-Quran. 

Wahai saudaraku, ingatlah bahwa para ulama yang kita agung-agungkan itu hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan ilmu, mereka hanyalah makhluk Allah SWT yang ilmunya tidak dapat menyamai ilmu Allah SWT, mereka hanyalah manusia biasa yang sangat tidak patut disamakan dengan Allah SWT. 

Wahai saudaraku, Allah SWT Maha Luas kekuasaan-Nya, Allah SWT tak hanya berbicara melalui para nabi dan rasul-Nya, Allah SWT tak hanya berbicara melalui lidah para ulama terdahulu maupun ulama terkini. Allah SWT berbicara sekehendak-Nya, Allah SWT jika berkehendak bisa berbicara melalui seorang pria yang tak mampu membaca dan menulis, seseorang yang buta kedua matanya, seorang yang pincang satu kakinya, seorang yang cacat lidahnya, atau melalui seseorang yang hanya lulus SD. 

Allah SWT jika berkehendak bisa saja berbicara melalui gunung yang meletus, tanah yang terbelah, ombak yang menerjang karang, jam yang berdetak di dinding, kalender yang membisu di atas meja, itu semua bisa saja karena Allah SWT Maha Kuasa. 

Wahai saudaraku, bagi mereka yang tidak memahami cara Allah SWT berbicara melalui gunung yang meletus, Allah SWT telah menurunkan Al-Quran sebagai petunjuk yang nyata. Al-Quran adalah kodifikasi pesan dari-Nya. Gunung meletus secara kasat mata hanyalah peristiwa alam biasa. Tetapi jika kita melihatnya dengan kacamata iman, maka kita akan memahaminya sebagai kalimat enkripsi yang tak akan dipahami maknanya sebelum digunakan kunci pembukanya. Kunci pembuka itu tak lain adalah Al-Quran. 

Wahai saudaraku, renungkanlah, masihkah kita mengagung-agungkan cara para ulama berkalam melebihi cara Allah SWT berbicara melalui Al-Quran dan gejala alam?



Artikel Terkait Sains

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...