Senin, 14 Juli 2014

Menggugat Pancasila (1)

Pada umumnya orang Indonesia akan membela mati-matian Pancasila sebagai ideologinya. Apalagi bagi anda yang berprofesi sebagai anggota TNI/POLRI, sudah pasti termakan doktrin Pancasila itu harga mati, ya kan? Tapi tahukah Anda bahwa Pancasila yang selama ini diagung-agungkan dan digadang-gadang sebagai harga mati karena menjadi bagian dari empat pilar berbangsa dan bernegara tersebut sebenarnya membawa ajaran yang bertentangan dengan ajaran Islam?

Pancasila yang dianggap sebagai ideologi bangsa Indonesia sebenarnya bersumber dari filsafat Barat dan Timur. Seorang tokoh pendiri bangsa Indonesia, M. Yamin, pernah menjelaskan mengenai hal tersebut. Menurut beliau, “Pancasila sebagai hasil penggalian gagasan Bung Karno ini sesuai pula dengan pandangan tinjauan hidup Neo Hegelian”.

Begitu pula dengan pidato Bung Karno ketika di hadapan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dalam pidatonya Bung Karno mengatakan bahwa inspirasi tentang Pancasila diperoleh dari pemikir-pemikir Sosialis Cina. Dengan demikian, jelaslah bahwa kandungan ajaran Pancasila sebagian besar diambil dari teori filsafat Barat maupun filsafat Timur (sosialis komunis) lalu dimasukkan beberapa ajaran Islam, kemudian jadilah ia sebagai collective ideology (ideologi bersama) bagi bangsa Indonesia. Itulah sebabnya mengapa seorang muslim perlu menganalisis secara mendalam kandungan Pancasila apakah bertentangan atau tidak dengan Islam, agar aqidah umat Islam tidak tercampur baur dan mengakibatkan umat tersesat lalu menjadi musyrik kepada Allah Azza wa Jalla.

Pancasila terdiri dari lima sila, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Berikut ini analisis ilmiah berdasarkan kajian empiris mengenai kandungan nilai-nilai Pancasila yang harus diketahui oleh setiap orang Islam:


#1 Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”, sekilas memang konsep ini tampak baik, tidak ada masalah dengan pemahaman bahwa Tuhan itu Maha Esa, tetapi konsep ketuhanan dalam Pancasila tidak jelas maknanya, karena ditafsirkan menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ragam agama dan kepercayaan.

Meskipun ada kata Esa yang umumnya dipahami sebagai satu—padahal bukan itu maknanya, lihat tulisan mengenai Makna Sila Pertama Pancasila—tetapi konsep ketuhanan yang diajarkan di sekolah-sekolah di Indonesia pada umumnya akan menggiring masyarakat pada pemikiran bahwa Tuhan yang boleh diakui itu bukan hanya Allah Ta’ala saja, tetapi Tuhannya orang Kristen, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya orang Budha, dan lainnya juga diakui sebagai Tuhan. Jadilah Tuhan manusia Indonesia berkumpul dalam Pancasila sebagai wadah tunggal collective ideology (aqidah bersama). Ditambah lagi doktrin sesat sistem demokrasi yang berlaku di Indonesia, Vox Populi Vox Dei, suara rakyat adalah suara Tuhan, maka Tuhan yang harus ditaati perintah-Nya di Indonesia juga bertambah, yakni rakyat.

Lalu bagaimana konsep ketuhanan dalam Islam? Samakah dengan konsep yang diajarkan Pancasila?

Penafsiran Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Islam sangat berbeda dengan penafsiran menurut Kristen atau pun agama lainnya.

Allah Ta’ala berfirman:
“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”. (QS. Al-Baqarah [2] : 255)


“Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”. (QS. Al-Ikhlas [112] : 1)

Sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 255, misi Islam adalah untuk menegakkan kalimat LA ILAHA ILLA ALLAH, tidak ada Illah kecuali hanya Allah saja. Jadi, konsep dalam Islam hanya ada satu Illah saja, yaitu Allah Azza wa Jalla. Selain Allah tidak ada! Tidak ada Tuhan Yesus, tidak ada Sang Hyang Whidi, tidak ada Tao, tidak ada rakyat, tidak ada Tuhan-Tuhan lainnya, yang ada hanya Allah Azza wa Jalla.

Bagaimana konsep Pancasila dengan Islam tentang Tuhan, sama atau tidak?

Pancasila mengakui adanya tuhan-tuhan selain Allah, sedangkan Islam melarang konsep itu. Dalam Islam, orang yang mengakui adanya Tuhan selain Allah disebut musyrik atau kafir. Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih”. (QS. Al-Maidah [5]: 73)

Jika berpegang pada ideologi Pancasila, maka bangsa Indonesia akan menganggap bahwa semua agama adalah baik dan benar karena mengajarkan kebajikan. Padahal, hanya agama Islam saja yang paling benar, coba lihat lagi penjelasan pada tulisan Agama Islam yang Paling Benar,Ini Buktinya!.

Allah Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS. Ali Imran [3]: 19)

Dengan demikian jelaslah bahwa konsep ketuhanan dalam Pancasila sangat bertentangan dengan ajaran Islam. Sila pertama dari Pancasila bertentangan dengan Islam, karena dapat membuat seorang muslim menjadi musyrik kepada Allah dengan menerima gagasan bahwa ada Tuhan-Tuhan selain Allah dan semua agama sama karena sama-sama mengajarkan kebaikan.



Artikel Terkait Ideologi

5 komentar:

  1. Seharusnya di Sila Pertama Pancasila itu diganti gmana?

    klw sila pertama sudah diganti dengan unsur2 yang sesuai Islam.
    berarti masih ada yang salah dengan penduduk Indonesia. karena tidak semua penduduk indonesia beragama islam.

    Jadi penduduk indonesia yang ingin tinggal di negara Indonesia harus beragama islma agar sesuai dengan pancasila sila pertama.

    jika tidak beragama islam berarti mereka adalah musuh islam.

    Setelah semua penduduk beragama Islam giliran undang2 yang harus direvisi seseuai shariah islam.

    Pokoknya intinya semuanya harus islam karena Islam adalah agama yang tertulis di alquran sebagai agama yang paling benar diatas muka bumi ini. (Ingat ya tertulis di alquran bukan yg diakui oleh sejarah)

    Akhirnya Indonesia dijajah lagi tapi dengan cara yang halus, sampai2 tidak ketahuan kalau kita dijajah lagi. emang pinter...

    berarti teman baik saya yang beragama islam akan menjadi musuh dong... waduh hanya karena agama kita musuhan. Padahal di agama saya tidak pernah mebedakan status atau sosial seseorag. semuanya sama apalagi untuk menjadi teman.

    Di hindu memang benar ada pembagian kelompok sosial atau disebut Kasta. Apa bedanya dengan sekarang ada Ustad = Brahmana, Polisi, tentara, = Kesatria, Petani = Sudra. Mereka tetap berteman satu sama lain.

    Berfikirnya jangan terlalu sempit.

    Anda punya agama saya pun punya agama.
    Agama Anda adalah wahyu
    Agama saya pun adalah wahyu.

    Seluruh kehidupan ini adalah ajaran Weda. kerana semua yang hidup dan yang mati ada di Weda.

    Weda mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu.

    Tapi tentu disetiap daerah memiliki bahasa yang berbeda maka dari itu mereka menyebut Tuhan dengan bahasa mereka sendiri. (Jangan dipaksa harus pake satu nama)

    BalasHapus
  2. (Seharusnya di Sila Pertama Pancasila itu diganti gmana?)
     Sesuai dengan kesepakatan founding fathers Indonesia, bunyi sila pertama yang disepakati dalam Piagam Jakarta adalah “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

    (klw sila pertama sudah diganti dengan unsur2 yang sesuai Islam. berarti masih ada yang salah dengan penduduk Indonesia. karena tidak semua penduduk indonesia beragama islam.)
     Tidak ada yg salah, apanya yang salah?

    (Jadi penduduk indonesia yang ingin tinggal di negara Indonesia harus beragama islam agar sesuai dengan pancasila sila pertama.)
     WNI tidak wajib menganut agama Islam. Tidak ada paksaan untuk menjadi muslim. WNI yang non muslim tetap diperbolehkan menganut agama dan kepercayaannya masing2. Hanya sistem pemerintahan dan sistem hukum di Indonesia saja yang disesuaikan dengan Al-Qur’an dan Hadits.

    (jika tidak beragama islam berarti mereka adalah musuh islam.)
     Jadi musuh Islam kalau non muslim secara terang-terangan memerangi, menyerang, dan memusuhi Islam. Kalau non muslim tidak memerangi Islam ya tidak menjadi musuh Islam.

    (Setelah semua penduduk beragama Islam giliran undang2 yang harus direvisi seseuai shariah islam.)
     Tidak perlu semua penduduk bergama Islam, biarlah yang non muslim tetap dengan keyakinannya, tidak perlu dipaksakan semua WNI masuk Islam, cukup peraturan perundang2an saja yang disesuaikan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits.

    (Pokoknya intinya semuanya harus islam karena Islam adalah agama yang tertulis di alquran sebagai agama yang paling benar di atas muka bumi ini.)
     Tidak semua hal, cukup peraturan perundang2an saja yang disesuaikan dengan Al-Qur’an dan Hadits, maslah keyakinan pribadi tidak perlu dipaksakan.

    (Akhirnya Indonesia dijajah lagi tapi dengan cara yang halus, sampai2 tidak ketahuan kalau kita dijajah lagi..)
     Indonesia tidak dijajah oleh Islam, tetapi diperbaiki kondisinya agar lebih sejahtera, adil, makmur, selamat di dunia dan akhirat.

    (berarti teman baik saya yang beragama islam akan menjadi musuh dong.)
     Tidak perlu bermusuhan dengan teman baik anda yang beragama Islam kalau anda non muslim. Kecuali jika anda yang non muslim terang2an memusuhi Islam maka anda menjadi musuh Islam dan kaum muslimin. Kalau tidak memusuhi ya tidak akan diperangi.

    (Weda mengajarkan bahwa Tuhan hanya satu.)
     Lha itu anda sudah mengakui bahwa Tuhan itu satu, tinggal anda menyetujui bahwa karena Tuhan itu satu maka hukum yang harus tegak di Indonesia ya cuma satu, yakni syariat Islam yang sudah dijamin oleh Tuhan sebagi sistem hukum yang benar.

    (Tapi tentu disetiap daerah memiliki bahasa yang berbeda maka dari itu mereka menyebut Tuhan dengan bahasa mereka sendiri. Jangan dipaksa harus pake satu nama.)
    Tidak ada paksaan, emang siapa yang maksa dan apa yang dipaksa? Ajaran Islam hanya menawarkan dan menjelaskan kebenaran dan yang benar saja, tidak memaksa-maksa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak perlu bermusuhan "dengan teman baik anda yang beragama Islam kalau anda non muslim. Kecuali jika anda yang non muslim terang2an memusuhi Islam maka anda menjadi musuh Islam dan kaum muslimin. Kalau tidak memusuhi ya tidak akan diperangi." Jadi kalau kaum muslimin yang menghina kaum non-muslim bagaimana? Apa kami harus memeranginya? Apa begitukah kehidupan damai?

      Hapus
    2. Muslim yg baik dan benar tidak akan menghina non muslim, sebab Islam mengajarkan:

      “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (TQS. Al-An’am [6]: 108)

      Jadi kalau ada kaum muslimin yang menghina kaum non-muslim berarti mereka orang2 yg belum paham ajaran Islam yg benar. Menghadapi orang2 seperti itu tidak perlu diperangi, cukup anda ingatkan saja mereka dengan TQS. Al-An’am [6]: 108. Itulah kehidupan yg damai...

      Hapus
  3. Membuka Cakrawala Berpikir (Y) ^_^

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...