Presiden Muhammad Mursi adalah presiden Mesir yang terpilih secara
demokratis melalui pemilihan umum yang sah. Mursi merupakan pemimpin yang
dikehendaki oleh mayoritas rakyat Mesir. Cita-cita Mursi bersama para
pendukungnya untuk menegakkan Syariat Islam di Mesir melalui perbaikan
konstitusi tentu membuat orang-orang sekuler dan anti Islam sangat memusuhi
Mursi. Permusuhan yang dideklarasikan secara nyata tersebut dapat dilihat dari skenario
yang dijalankan kelompok anti Mursi. Mereka secara sistematis mengadakan
berbagai demonstrasi serta mengerahkan massa dalam jumlah besar menggelar aksi
unjuk rasa menentang Mursi dan pemerintahan yang sah. Sementara itu, kelompok
lainnya bergerak menciptakan suasana keruh dan mencekam.
Sembari para pion membuat suasana semakin runyam, para ahli strategi kaum
musyrikin dan munafikin Mesir terus menggalang kekuatan dengan melakukan
pendekatan terhadap para petinggi militer yang juga musyrik dan munafik.
Tokoh-tokoh berpengaruh di kalangan militer lalu menyiapkan diri untuk
memaksimalkan kekuatan hingga pada saat yang tepat, yakni ketika situasi sosial
politik mencapai puncak kekisruhan, militer Mesir di bawah pimpinan Abdul Fatah Khalil Al-Sisi pun
mengumumkan penggulingan Presiden Muhammad Mursi. Penggulingan Mursi dari
jabatan presiden yang dilakukan oleh militer jelas merupakan pengkhianatan luar
biasa keji terhadap demokrasi dan rakyat Mesir. Rakyat Mesir yang bersuka ria
dengan aksi penggulingan Mursi hanyalah kelompok kecil saja, tetapi dengan
dukungan militer yang didominasi tokoh-tokoh sekuler serta bantuan penuh dari
kelompok-kelompok anti Islam, akhirnya kudeta yang sangat bengis itu pun
terjadi.
Propaganda anti Islam
Tak lama setelah militer mengumumkan secara resmi penggulingan Mursi, pihak
militer segera menutup tiga stasiun televisi pendukung Mursi. Tujuannya adalah
mencegah agar kekuatan pendukung Mursi kehilangan jalur komunikasi strategis.
Kelompok militer Mesir yang dipimpin panglima musyrik lalu memburu 300 pemimpin
dan anggota Ikhwanul Muslimin pendukung Mursi.
Opini massa merupakan kekuatan yang harus diarahkan demi menjaga kesuksesan
kudeta terhadap Mursi. Oleh karena itu, tim propaganda ahlul kitab bersama kaum
musyrikin dengan sigap mengontrol opini publik melalui media massa. Tujuan tim
propaganda adalah mengendalikan opini
publik dunia bahwa keputusan militer untuk menjatuhkan Mursi adalah
tindakan yang benar dan tepat, menguasai emosi publik, meningkatkan motivasi
massa dalam membangun kebencian terhadap Mursi dan kelompok Ikhwanul Muslimin,
hingga pada akhirnya menggerakkan massa secara fisik untuk mendukung militer
dalam menjatuhkan Mursi.
Perhatikan saja isu yang dilemparkan kaum musyrikin sesaat pasca pengumuman
penggulingan Mursi. Media massa dunia memberitakan bahwa ratusan ribu orang
merayakan penggulingan Mursi di Tahrir Square Kairo, seolah-olah kudeta biadab
tersebut didukung sepenuhnya oleh mayoritas rakyat Mesir. Stasiun televisi di
bawah jaringan media ahlul kitab menyatakan bahwa raja Arab Saudi mengucapkan
selamat atas pengangkatan presiden baru Mesir, seolah-olah kudeta tak bermoral
itu mendapat dukungan dari pemimpin negara-negara muslim.
Belum lagi pernyataan Sekjen PBB yang menyatakan agar para pihak yang
berkepentingan di Mesir mengedepankan penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM),
kebebasan berekspresi, dan berkumpul di Mesir. Seolah-olah tindakan para
pendukung militer di Tahrir Square adalah kebenaran yang harus dilindungi.
Pernyataan yang sungguh bertolak belakang dengan fakta yang telah terjadi bahwa
14 orang pendukung Mursi tewas oleh hantaman peluru militer dan 91 wanita
dilecehkan sejak penggulingan Mursi berlangsung. Begitu pula dengan tindakan
militer yang mengisolasi Mursi dan anggota kepresidenan.
Presiden Baru
Kelompok musyrikin Mesir memang sepenuh hati menjatuhkan Mursi. Mereka pun
telah menyiapkan sosok yang akan dijadikan boneka setelah Mursi berhasil
digulingkan. Adalah Adly Mahmud
Mansour Ketua Mahkamah Agung Mesir yang menggantikan kedudukan Mursi
sebagai presiden sementara hingga pemilu versi musyrikin digelar. Hasil pemilu
nanti tentu sudah dapat ditebak sekarang juga, ya, pemenangnya pasti dari
kelompok sekuler alias kaum musyrikin. Bagaimana tidak, ikhwanul muslimin dan
partai-partai pro penegakkan Syariat Islam lainnya sudah pasti disingkirkan
atau tidak diikutsertakan dalam pemilu. Kalau pun diikutsertakan, sudah tentu
akan digembosi dari luar dan dalam agar menjadi pecundang dalam pemilu di bawah
kendali kelompok sekuler.
Terbuktilah sudah bahwa satu-satunya jalan yang haq untuk menegakkan
kalimah tauhid di muka bumi adalah dakwah wal jihad. Kaum muslimin di seluruh
dunia tak perlu ikut-ikutan terjerumus ke dalam jurang sistem demokrasi kufur
yang pasti dikuasai orang-orang kafir dari partai-partai campuran ahlul kitab
dan musyrikin.
Kita nantikan saja babak selanjutnya dari drama politik Mesir, apakah
tokoh-tokoh Islam di Mesir dan seluruh dunia akan mengumandangkan seruan jihad fisabilillah memerangi yahudi,
nasrani, dan musyrikin dari kelompok sekuler Mesir?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar