Senin, 19 Juni 2017

Menjawab Pertanyaan dari Akun Bambang Susilo (2)

Saya lanjutkan menjawab pertanyaan ke-3 yang diajukan akun bernama Bambang Susilo (BS) dalam artikel berjudul "Agama Islam yang Paling Benar, Ini Buktinya!" 

BS: 
3. Mana ayat dalam Alkitab yang memberitahu bahwa nama YHWH (TUHAN) Allah-nya MUSA, Telah BERUBAH Namanya menjadi “Alloh SWT”? 

Penjelasan saya: 
“Allah” dengan “Alloh” itu sama entitas-Nya. Hanya berbeda penyebutan saja, karena perbedaan bahasa. SWT itu singkatan dari Subhanahu wa Ta’ala, artinya Yang Mahasuci dan Mahatinggi. Silakan lihat Yesaya 57 : 15 

“Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahasuci, yang bersemayam untuk selamanya, dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.” (Yesaya 57 : 15) 

Jadi, yang dimaksud dengan Tuhan Yang Mahasuci dan Yang Mahatinggi di dalam Taurat, Alkitab, dan Al-Qur’an adalah Allah atau Alloh, bukan Yesus. Allah adalah Tuhannya Musa dan Yesus. 


BS: 
4. Adakah bukti, bahwa YHWH (TUHAN) Allah Israel pernah berbicara kepada Muhammad secara langsung, sebagaimana dengan: Abraham, Musa, Yakub, Daud, Salomo, Nabi-nabi Israel, Rasul Paulus? Apa dan mana bukti ayat Alkitab-nya? 


Penjelasan saya: 

Injil yang asli, yang dibawa oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam, ada antara tahun 29 – 32 masehi, sementara Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam baru diangkat menjadi Nabi pada tahun 610 masehi. Jadi, pada saat Injil diturunkan oleh Allah Ta’ala, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam belum lahir. Jadi mustahil ada catatan percakapan antara Allah Ta’ala dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam Injil, karena beliau belum lahir. 

Selain itu, perlu diketahui pula bahwa catatan percakapan langsung antara Allah Ta’ala dengan para nabi seperti Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Musa ‘alaihissalam, Nabi Ya’kub ‘alaihissalam, dll adalah percakapan dengan nabi-nabi yang telah lebih dahulu lahir daripada Nabi ‘Isa alaihissalam. Karena percakapan langsung antara Allah Ta’ala dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam belum terjadi pada saat Nabi ‘Isa ‘alaihissalam berdakwah, maka Allah Ta’ala hanya memberikan informasi mengenai tanda-tanda nabi berikutnya setelah Nabi ‘Isa ‘alaihissalam melalui lisan beliau, sebagaimana yang tercantum dalam banyak ayat di Alkitab seperti: 

- Ulangan 18:18, 
- Yesaya 29:12, 
- Yohanes 14:16, 
- Yohanes 14:26, 
- Yohanes 15:26, dll. 

Kalau ditinjau dari sisi Al-Qur’an, hanya Nabi Musa ‘alaihissalam saja yang secara eksplisit disebut berbicara dengan Allah Ta’ala secara langsung. Sedangkan nabi-nabi yang lain tidak disebut apakah berbicara dengan Allah Ta’ala melalui jalan wahyu atau mengutus malaikat. 

Jika kata sapaan “hai” atau “wahai” kepada para nabi dijadikan kriteria atau bukti bahwa nabi yang bersangkutan berbicara langsung dengan Allah Ta’ala, maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah tentu masuk kriteria tersebut, karena Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: 

“Hai orang yang berselimut (Muhammad)” (TQS. Al-Muzzammil: 1) 

“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (TQS. At-Tahrim [66] : 1) 

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru” (TQS. Ath-Thallaq [65] : 1) 

“Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tiada akan menyekutukan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Mumtahanah [60] : 12) 

“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan,” (TQS. Al-Ahzab [33] : 45) 

Dan masih banyak lagi. 

Bukan hanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam saja yang disapa oleh Allah Ta'ala, tapi juga orang-orang beriman (mukmin) juga disapa oleh Allah Ta’ala, contoh ayatnya: 

“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (TQS. Al-Hajj [22] : 77) 

“Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan berbuat durhaka kepada Rasul. Dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (TQS. Al-Mujaadilah [58] : 9) 

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Hujuraat [49] : 12) 

dan masih banyak lagi yang lainnya. 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan umatnya disapa oleh Allah Ta’ala, hal ini tentu meruntuhkan tuduhan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak berbicara secara langsung dengan Allah Ta’ala sebagaimana Nabi Musa ‘alaihissalam dan nabi-nabi lainnya. 

Tapi bagaimana dengan orang-orang Kristen? Apakah Allah dalam Alkitab menyapa “Hai orang-orang Kristen”, “Wahai Paulus”? 

Ternyata ga ada tuh kata sapaan seperti itu. Mengapa Bapa tidak mau menyapa anak-Nya? 

Bersambung.....






Artikel Terkait Bambang Susilo ,Injil

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...