Selasa, 23 Desember 2014

Semua Menteri Wanita di Kabinet Jokowi Pake Hijab

Judul di atas bukan gosip, tapi doa saya kepada Allah Ta’ala supaya para ibu yang menjabat sebagai menteri di Kabinet Jokowi mendapat hidayah untuk berhijab. Kasihan saya melihat para wanita yang sudah berusia di atas 40 tahun kok masih nekad melawan perintah Allah Ta’ala, padahal kekuasaan Allah Ta’ala jauuuh lebih besaaaar daripada kekuasaan seorang Jokowi. Azab dari Allah Ta’ala bagi para pelanggar perintah-Nya sangat pedih tak terkira. Emang berapa tahun sih kita akan bertahan hidup? 20 tahun lagi? 30 tahun lagi? Mumpung masih hidup, segeralah para wanita yang mengaku dirinya muslimah untuk berhijab mulai sekarang, berhijab itu wajib, ga peduli gadis atau janda, tua atau muda, pokoke wajib bagi muslimah. Kalo ga pake hijab, berarti bukan muslimah. Buat ibu2 menteri dan semua muslimah yang belum sadar untuk berhijab, berikut ini penjelasannya mengapa muslimah itu harus, wajib, kudu pake hijab >>>


Pandangan mata adalah salah satu alat penting bagi setan untuk menyesatkan umat manusia. Dari mata turun ke hati, dari hati turun ke......  Pandangan bisa menimbulkan syahwat loh. Maklum aja, karena hampir seluruh bagian tubuh wanita adalah aurat yang jika terbuka bisa mengundang malapetaka seperti pelecehan seksual. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk mengendalikan hawa nafsu dengan cara menundukkan pandangan dan menutup aurat. Allah Ta’ala memerintahkan setiap muslimah untuk menutup aurat dan menahan pandangan. Perintah wajibnya menutup aurat sudah sangat jelas sekali, Allah Ta’ala berfirman:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara wanita mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (TQS. An-Nuur [24] : 31).

Berdasarkan ayat di atas, orang-orang yang boleh melihat sebagian aurat wanita hanyalah:
1.     suami;
2.    ayah kandung;
3.    ayah mertua;
4.    anak kandung;
5.    anak suami (kalo suaminya poligami);
6.    saudara laki-laki;
7.    anak dari saudara laki-laki (keponakan);
8.    anak dari saudara wanita (keponakan);
9.    wanita-wanita islam;
10.  budak-budak yang dimiliki (zaman sekarang di Indonesia ga ada yang jenis ini, sebab ga ada peperangan yang menjadi sebab diperbolehkannya menjadikan seorang manusia dari kelompok musuh sebagai budak);  
11.   pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita; dan
12.  anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Sebelum melangkah lebih jauh, sampai di sini mungkin masih ada yang bertanya, “Apa sih bedanya hijab dengan jilbab? Sama ga ya hijab dengan jilbab?”

Begini, hijab adalah penutup aurat muslimah yang terdiri dari 2 (dua) lembar pakaian, jilbab di badan dan kerudung di kepala.  Kerudung telah jelas dibahas Al-Qur’an di Surah An-Nuur [24] : 31 bahwa kerudung harus terulur sampai batas dada, bukan hanya sekedar pembungkus kepala. Kerudung bukan pengganti rambut yang harus diolah sedemikian rupa hingga jadi hiasan baru, pusat perhatian lelaki. Kerudung bukan kain yang diulurkan ke punggung dan malah menampakkan dada dengan alasan menampakkan motif baju di bagian dada. Kerudung bukan perhiasan, tetapi penutup perhiasan, wajib diulurkan hingga batas dada.

Jilbab adalah pakaian penutup tubuh wanita, yang terulur menutupi seluruh tubuh muslimah, mesti longgar dan tidak transparan atau tembus pandang sebagaimana lazimnya jubah, menutup aurat sampai mata kaki, dan tidak menampakkan lekuk tubuh, dan tidak berpotongan, lihat TQS. Al-Ahzab [33]: 59. Bila jilbab berpotongan, ada ulama yang membolehkan, walau lazimnya dikenal jilbab adalah baju terusan yang tak berpotongan. Selain kerudung dan jilbab, jangan lupakan pula kaos kaki, kaki wanita termasuk aurat, sempurnakan menutup aurat dengan kaos kaki.

Hijab adalah usaha agar diperhatikan Allah Ta’ala, bukan agar diperhatikan manusia. Ketentuan tentang hijab sudah diputuskan oleh Allah Ta’ala dan harus dipatuhi oleh semua wanita yang mengaku dirinya seorang muslimah. Ketaatan kepada Undang-Undang Allah Ta’ala itu membuktikan komitmen wanita terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang diyakini.

Hijab, sangat besar manfaatnya bagi wanita. Allah Ta’ala berfirman:

“Hai Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu, dan isteri-isteri orang mu’min, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal dan tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Ahzab [33]: 59).

Dengan demikian jelaslah bahwa minimal ada dua manfaat hijab bagi wanita, yakni agar muslimah dapat dikenali sebagai seorang yang beriman dan membedakan dirinya dari wanita yang kafir, serta melindungi muslimah tersebut agar tidak diganggu oleh pria-pria yang jahat atau gemar mengganggu wanita. Selain itu, dengan hijab barang berharga yang ada dalam diri wanita dapat terlindungi, wanita menjadi sosok manusia berwibawa, disegani, dan tidak ada orang yang berani terang-terangan menganggunya, dan kelemahan yang ada pada dirinya dapat terlindungi dengan pakaian taqwa itu.

Keuntungan apa lagi yang akan diperoleh wanita yang menghormati dirinya dengan menutup aurat? Jelas lebih menghemat anggaran pribadi dan rumah tangga, berpakaian jadi ringkas dan cepat, tak perlu sanggul yang memakan waktu dan berbiaya mahal, dan tak perlu riasan yang risih lagi menor. Menutup aurat adalah tanda kemajuan peradaban, justru yang tak menutup aurat itu tertinggal zaman karena menyamai pakaian zaman batu.

Allah Ta’ala berfirman:
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi wanita yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (TQS. Al-Ahzab [33]: 36)

Allah Ta’ala telah menetapkan standard untuk urusan fashion wanita muslimah, yakni hijab. Jadi, tidak ada pilihan lain bagi wanita mukmin selain menggunakan hijab. Muslimah yang menentang perintah Allah Ta’ala soal hijab, maka mereka adalah orang-orang sesat, sesat yang nyata.  

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud menyebutkan bahwa “‘Aisyah r.a. mengatakan bahwa Asma binti Abi Bakar ke tempat Rasulullah SAW dan dia (Asma) memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah SAW berpaling seraya bersabda: Hai Asma sesungguhnya apabila wanita telah dewasa, tidak menampakkan sesuatu darinya kecuali ini dan ini, sambil Rasulullah menunjuk muka dan telapak tangan hingga pergelangan tangan.”

Selagi mengucap "ini dan ini", Rasulullah SAW mengisyaratkan dengan batasan tangan, yaitu wajah dan tangan, semudah itulah aurat wanita. Tak hanya menentukan batas aurat wanita, Islam pun menuntun wanita tentang cara memilih pakaian penjaga auratnya, kerudung dan jilbab.

Rasulullah SAW bersabda:
“Wanita itu adalah aurat, apabila dia keluar akan dibuat indah oleh syetan.” (Shahih. HR Tirmidzi 1093, Ibnu Hibban dan At-Thabrani dalam kitab Mu’jmu1 Kabir.Lihat A1-Irwa’: 273).

Saking pentingnya menutup aurat, Allah Ta’ala menegaskan lagi dengan berbagai keterangan seperti, Allah Ta’ala tidak akan menerima ibadah seorang wanita baligh bila tidak menutup auratnya. Hal ini tercermin dalam sabda Rasulullah SAW:

“Allah tidak akan menerima (ibadah) seorang wanita hingga menutup auratnya dan Allah tidak akan menerima shalat seorang wanita yang telah cukup umur hingga berkerudung kepala (ber-jilbab).” (HR. Thabrani)

Jadi, kalo ada yang bilang "lebih baik jilbabi hati dulu, baru jilbabi kepala", itu sebenarnya bisikan setan supaya muslimah yang sudah mau mulai memakai jilbab membatalkan niatnya untuk berjilbab. Bisa jadi juga, kalimat itu sebagai cambuk bagi para Jilbaber yang hati dan akhlaknya belum sesuai dengan tampilan fisiknya.

Islam mengatur masalah pakaian dengan sungguh-sungguh dan tidak setengah-tengah, karena pakaian bagi wanita sangat besar pengaruhnya. Hijab itulah pakaian Islami, menyimpang dari ketentuan itu tidaklah dikatakan pakaian Islami, karena banyak orang berpakaian yang mengatasnamakan Islam tetapi dalam pandangan Allah SWT sama aja dengan telanjang.

Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak sedikit yang berpakaian di dunia, telanjang di akhiratnya.” (HR. Bukhari)

Kenyataannya saat ini, masih banyak wanita yang ngaku Islam tapi berperilaku yang ga mencerminkan Islam. Di sekolah-sekolah, perkantoran, di jalan-jalan, mall, dan di tempat-tempat umum lainnya banyak kita temukan wanita yang mengaku agamanya Islam tetapi ogah berhijab. Hal tersebut bukan saja mencemarkan nama baik Islam, tapi juga mengundang adzab Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa saja dari wanita yang melepaskan (membuka) pakaian selain di rumahnya, maka Allah pasti merobek tirai kehormatan dari padanya.” (HR.Ahmad dan Tabrani)

Karena dari perilaku atau kebiasaan ngumbar aurat dimana-mana itulah timbul berbagai pelanggaran lainnya seperti pergaulan bebas, perselingkuhan, menjamurnya prostitusi, dan lain-lain. Oknum wanita begajul yang menentang dan mengingkari syariat Allah Ta’ala jangankan masuk surga, mencium baunya pun tidak. Selain itu, banyak kita temukan wanita yang menggunakan kerudung menyerupai sanggul. Jenis kerudung seperti itu menyerupai punuk unta. Padahal nyata-nyata Rasulullah SAW berpesan agar para wanita berhati-hati terhadap gumpalan rambut atau bukan rambut yang membentuk punuk unta di kepala. Rasulullah SAW bersabda:

“Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat (berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup semua auratnya), mailat mumilat (bergaya ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th)..” (HR. Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421).

Sebagai penutup tulisan ini, saya kira tak ada salahnya mengutip kata-kata Ustadz Felix Siauw:

Nasihat ini bukan karena benci, tapi peduli  
Bukan sindiran, tapi perhatian
Amanah ilmu adalah disampaikan  
Walau sungkan harus kami lakukan

Bila bermanfaat itu keutamaan ilmu yang Allah turunkan dalam Al-Qur’an
Bila salah tentu itu manusia punya kelemahan
Dalam doa selalu kami panjatkan 
Agar setiap muslimah selalu Allah mudahkan berjalan menuju ketaatan




Artikel Terkait Muslimah

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...