Judul di atas bukan gosip, tapi doa saya kepada Allah Ta’ala
supaya para ibu yang menjabat sebagai menteri di Kabinet Jokowi mendapat
hidayah untuk berhijab. Kasihan saya melihat para wanita yang sudah berusia di
atas 40 tahun kok masih nekad melawan perintah Allah Ta’ala, padahal kekuasaan
Allah Ta’ala jauuuh lebih besaaaar daripada kekuasaan seorang Jokowi. Azab dari
Allah Ta’ala bagi para pelanggar perintah-Nya sangat pedih tak terkira. Emang
berapa tahun sih kita akan bertahan hidup? 20 tahun lagi? 30 tahun lagi?
Mumpung masih hidup, segeralah para wanita yang mengaku dirinya muslimah untuk
berhijab mulai sekarang, berhijab itu wajib, ga peduli gadis atau janda, tua
atau muda, pokoke wajib bagi muslimah. Kalo ga pake hijab, berarti bukan
muslimah. Buat ibu2 menteri dan semua muslimah yang belum sadar untuk berhijab,
berikut ini penjelasannya mengapa muslimah itu harus, wajib, kudu pake hijab >>>
Pandangan mata adalah salah satu alat penting bagi setan
untuk menyesatkan umat manusia. Dari mata turun ke hati, dari hati turun
ke...... Pandangan bisa menimbulkan
syahwat loh. Maklum aja, karena hampir seluruh bagian tubuh wanita adalah aurat
yang jika terbuka bisa mengundang malapetaka seperti pelecehan seksual. Oleh
karena itu, Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk mengendalikan hawa
nafsu dengan cara menundukkan pandangan dan menutup aurat. Allah Ta’ala
memerintahkan setiap muslimah untuk menutup aurat dan menahan pandangan. Perintah
wajibnya menutup aurat sudah sangat jelas sekali, Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera
saudara wanita mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah
mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung.” (TQS. An-Nuur [24] : 31).
Berdasarkan ayat di atas, orang-orang yang boleh melihat
sebagian aurat wanita hanyalah:
1.
suami;
2. ayah
kandung;
3. ayah
mertua;
4. anak
kandung;
5. anak
suami (kalo suaminya poligami);
6. saudara
laki-laki;
7. anak
dari saudara laki-laki (keponakan);
8. anak
dari saudara wanita (keponakan);
9. wanita-wanita
islam;
10. budak-budak
yang dimiliki (zaman sekarang di Indonesia ga ada yang jenis ini, sebab ga ada
peperangan yang menjadi sebab diperbolehkannya menjadikan seorang manusia dari
kelompok musuh sebagai budak);
11. pelayan-pelayan
laki-laki yang tidak mempunyai keinginan terhadap wanita; dan
12. anak-anak
yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Sebelum melangkah lebih jauh, sampai di sini mungkin masih
ada yang bertanya, “Apa sih bedanya hijab dengan jilbab? Sama ga ya hijab
dengan jilbab?”
Begini, hijab adalah penutup aurat muslimah yang terdiri dari
2 (dua) lembar pakaian, jilbab di badan dan kerudung di kepala. Kerudung telah jelas dibahas Al-Qur’an di
Surah An-Nuur [24] : 31 bahwa kerudung harus terulur sampai batas dada, bukan
hanya sekedar pembungkus kepala. Kerudung bukan pengganti rambut yang harus
diolah sedemikian rupa hingga jadi hiasan baru, pusat perhatian lelaki. Kerudung
bukan kain yang diulurkan ke punggung dan malah menampakkan dada dengan alasan
menampakkan motif baju di bagian dada. Kerudung bukan perhiasan, tetapi penutup
perhiasan, wajib diulurkan hingga batas dada.
Jilbab adalah pakaian penutup tubuh wanita, yang terulur
menutupi seluruh tubuh muslimah, mesti longgar dan tidak transparan atau tembus
pandang sebagaimana lazimnya jubah, menutup aurat sampai mata kaki, dan tidak
menampakkan lekuk tubuh, dan tidak berpotongan, lihat TQS. Al-Ahzab [33]: 59. Bila
jilbab berpotongan, ada ulama yang membolehkan, walau lazimnya dikenal jilbab
adalah baju terusan yang tak berpotongan. Selain kerudung dan jilbab, jangan
lupakan pula kaos kaki, kaki wanita termasuk aurat, sempurnakan menutup aurat
dengan kaos kaki.
Hijab adalah usaha agar diperhatikan Allah Ta’ala, bukan agar
diperhatikan manusia. Ketentuan tentang hijab sudah diputuskan oleh
Allah Ta’ala dan harus dipatuhi oleh semua wanita
yang mengaku dirinya seorang muslimah. Ketaatan kepada Undang-Undang Allah Ta’ala itu
membuktikan komitmen wanita terhadap Islam sebagai satu-satunya agama yang diyakini.
Hijab, sangat besar manfaatnya bagi wanita. Allah Ta’ala
berfirman:
“Hai
Nabi! Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anakmu, dan isteri-isteri orang
mu’min, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka. Yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal dan tidak diganggu. Dan
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Ahzab [33]: 59).
Dengan demikian jelaslah bahwa minimal ada dua manfaat hijab
bagi wanita, yakni agar muslimah dapat dikenali sebagai seorang yang beriman
dan membedakan dirinya dari wanita yang kafir, serta melindungi muslimah
tersebut agar tidak diganggu oleh pria-pria yang jahat atau gemar mengganggu wanita.
Selain itu, dengan hijab barang berharga yang ada
dalam diri wanita dapat terlindungi, wanita menjadi sosok
manusia berwibawa, disegani, dan tidak ada orang yang berani
terang-terangan menganggunya, dan kelemahan yang ada pada
dirinya dapat terlindungi dengan pakaian taqwa itu.
Keuntungan apa lagi yang akan diperoleh wanita yang menghormati
dirinya dengan menutup aurat? Jelas lebih menghemat anggaran pribadi dan rumah
tangga, berpakaian jadi ringkas dan cepat, tak perlu sanggul yang memakan waktu
dan berbiaya mahal, dan tak perlu riasan yang risih lagi menor. Menutup aurat
adalah tanda kemajuan peradaban, justru yang tak menutup aurat itu tertinggal
zaman karena menyamai pakaian zaman batu.
Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak
(pula) bagi wanita yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia
telah sesat, sesat yang nyata.” (TQS. Al-Ahzab [33]: 36)
Allah Ta’ala telah menetapkan standard untuk urusan fashion wanita muslimah, yakni hijab.
Jadi, tidak ada pilihan lain bagi wanita mukmin selain menggunakan hijab.
Muslimah yang menentang perintah Allah Ta’ala soal hijab, maka mereka adalah
orang-orang sesat, sesat yang nyata.
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
menyebutkan bahwa “‘Aisyah r.a. mengatakan bahwa Asma binti Abi Bakar
ke tempat Rasulullah SAW dan dia (Asma) memakai
pakaian tipis. Maka Rasulullah SAW berpaling seraya bersabda: Hai Asma
sesungguhnya apabila wanita telah dewasa, tidak menampakkan sesuatu darinya
kecuali ini dan ini, sambil Rasulullah menunjuk muka dan telapak tangan hingga
pergelangan tangan.”
Selagi mengucap "ini dan ini", Rasulullah SAW
mengisyaratkan dengan batasan tangan, yaitu wajah dan tangan, semudah itulah aurat
wanita. Tak hanya menentukan batas aurat wanita, Islam pun menuntun wanita
tentang cara memilih pakaian penjaga auratnya, kerudung dan jilbab.
Rasulullah SAW bersabda:
“Wanita itu adalah aurat, apabila dia keluar akan dibuat
indah oleh syetan.” (Shahih. HR Tirmidzi 1093, Ibnu Hibban dan At-Thabrani
dalam kitab Mu’jmu1 Kabir.Lihat A1-Irwa’: 273).
Saking pentingnya menutup aurat, Allah Ta’ala menegaskan
lagi dengan berbagai keterangan seperti, Allah Ta’ala tidak akan
menerima ibadah seorang wanita baligh
bila tidak menutup auratnya. Hal ini tercermin dalam sabda Rasulullah SAW:
“Allah
tidak akan menerima (ibadah) seorang wanita hingga menutup auratnya dan Allah
tidak akan menerima shalat seorang wanita yang telah cukup umur hingga
berkerudung kepala (ber-jilbab).” (HR. Thabrani)
Jadi,
kalo ada yang bilang "lebih baik jilbabi hati
dulu, baru jilbabi kepala", itu sebenarnya bisikan setan
supaya muslimah yang sudah mau mulai memakai jilbab membatalkan niatnya untuk
berjilbab. Bisa jadi juga, kalimat itu sebagai cambuk bagi para Jilbaber
yang hati dan akhlaknya belum sesuai dengan
tampilan fisiknya.
Islam
mengatur masalah pakaian dengan sungguh-sungguh dan tidak setengah-tengah, karena pakaian
bagi wanita sangat besar pengaruhnya. Hijab itulah pakaian Islami,
menyimpang dari ketentuan itu tidaklah dikatakan pakaian Islami, karena banyak orang
berpakaian
yang mengatasnamakan Islam tetapi dalam pandangan Allah SWT sama
aja dengan telanjang.
Rasulullah
SAW bersabda:
“Tidak
sedikit yang berpakaian di dunia, telanjang di akhiratnya.” (HR. Bukhari)
Kenyataannya saat
ini, masih banyak wanita yang ngaku Islam tapi berperilaku yang ga mencerminkan
Islam. Di sekolah-sekolah, perkantoran, di jalan-jalan, mall,
dan
di tempat-tempat umum lainnya banyak kita temukan wanita yang mengaku
agamanya Islam tetapi ogah berhijab. Hal tersebut bukan saja mencemarkan nama
baik Islam, tapi juga mengundang adzab Allah SWT.
Rasulullah
SAW bersabda:
“Siapa
saja dari wanita yang melepaskan (membuka) pakaian selain di rumahnya, maka
Allah pasti merobek tirai kehormatan dari padanya.” (HR.Ahmad dan Tabrani)
Karena
dari perilaku atau kebiasaan ngumbar
aurat dimana-mana itulah timbul berbagai pelanggaran lainnya seperti pergaulan
bebas, perselingkuhan, menjamurnya prostitusi, dan lain-lain. Oknum
wanita
begajul yang
menentang dan mengingkari syariat Allah Ta’ala jangankan masuk surga,
mencium baunya pun tidak. Selain itu, banyak kita temukan wanita
yang menggunakan kerudung menyerupai sanggul. Jenis kerudung seperti itu
menyerupai punuk unta. Padahal nyata-nyata Rasulullah SAW berpesan agar para
wanita berhati-hati terhadap gumpalan rambut atau bukan rambut yang membentuk
punuk unta di kepala. Rasulullah SAW bersabda:
“Ada dua kelompok termasuk ahli neraka, aku belum pernah
melihatnya: Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukul
manusia dengan cambuknya, dan wanita yang kasiyat
(berpakain tapi telanjang baik karena tipis, atau pendek yang tidak menutup
semua auratnya), mailat mumilat (bergaya
ketika berjalan, ingin diperhatikan orang) kepala mereka seperti punuk onta
yang berpunuk dua. Mereka tidak masuk surga dan tidak mendapatkan baunya, padahal
bau surga itu akan didapati dari sekian dan sekian (perjalanan 500 th)..” (HR.
Muslim 3971, Ahmad 8311 dan Imam Malik 1421).
Sebagai penutup tulisan ini, saya kira tak ada salahnya
mengutip kata-kata Ustadz Felix Siauw:
Nasihat ini bukan karena benci, tapi peduli
Bukan sindiran, tapi perhatian
Amanah ilmu adalah disampaikan
Walau sungkan harus kami lakukan
Bila bermanfaat itu keutamaan ilmu yang Allah turunkan dalam
Al-Qur’an
Bila salah tentu itu manusia punya kelemahan
Dalam doa selalu kami panjatkan
Agar setiap muslimah selalu Allah mudahkan berjalan menuju ketaatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar