Kamis, 10 Desember 2015

Makna Alif Lam Mim (1)

Alif, Lam, dan Mim adalah tiga huruf arab yang menjadi bunyi ayat pertama dalam surah Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-Rum, Luqman, dan As-Sajdah. Apa makna ketiga huruf tersebut? Mengapa Allah Ta’ala menempatkan huruf-huruf “Alif Lam Mim” pada ayat pertama? Mengapa tidak ditempatkan di pertengahan atau sebagai ayat terakhir? Apa hikmah adanya huruf-huruf tersebut dalam Al-Qur’an? 


Huruf-huruf tunggal dalam Al-Qur’an yang menjadi ayat dalam surat disebut dengan huruf muqatha’ah. Ada 29 tempat di dalam Al-Qur’an yang diawali dengan huruf muqatha’ah seperti alif laam miim, yaa sin, tha haa, dll. Karena kita masih awam dalam ilmu tafsir, maka kita perlu merujuk pada pendapat para ulama ahli tafsir. 

Menurut Ibnu Katsir, huruf muqatha’ah kalau dihitung seluruhnya ada 14 huruf (tanpa pengulangan), para ulama pakar tafsir berselisih pendapat mengenai hakikat huruf muqatha’ah yang terdapat di awal-awal surat. Ada ulama yang mengatakan bahwa hanya Allah Ta’ala yang mengetahui maksud huruf muqatha’ah, sehingga hakikat huruf-huruf tersebut diserahkan pada Allah Ta’ala dan para ulama tidak menafsirkannya. Para sahabat Rasulullah sallalllahu alaihi wasallam yang berpendapat seperti ini adalah dari sahabat-sahabat utama yaitu Abu Bakr, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Ibnu Mas’ud. 

Ada juga ulama yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah memiliki tafsiran. Namun, mereka berselisih pendapat mengenai tafsirannya. Ada pendapat yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah adalah di antara nama Al-Qur’an. Juga ada yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah adalah di antara nama Allah. Bahkan ada pula yang menafsirkan bahwa huruf muqatha’ah adalah sebuah panggilan, seperti misalnya ada yang menafsirkan surat Yasin dengan “wahai manusia”, karena “yaa” adalah huruf nida’ (panggilan) yang berarti wahai, sedangkan “siin” adalah dari kata insan yang berarti manusia. 

Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, pendapat pertama bahwa huruf muqatha’ah itu diserahkan maknanya pada Allah lebih tepat. Sedangkan pendapat kedua yang menyatakan bahwa huruf muqatha’ah adalah nama Al-Qur’an, nama Allah, atau sebuah panggilan tidak didukung dengan dalil yang kuat. 

Ada beberapa pendapat mengenai hikmah huruf muqatha’ah di awal-awal surat: 

1- Untuk menunjukkan awal-awal surat. Namun, menurut Ibnu Katsir pendapat ini adalah pendapat yang lemah karena tidak semua surat diawali dengan huruf muqatha’ah

2- Supaya Al-Qur’an sampai di tengah orang musyrik yang menentang, sehingga ketika mereka mendengar, mereka mau membaca. Pendapat ini adalah pendapat yang lemah, karena jika maksudnya seperti itu, tentu di setiap awal surat pasti ada huruf muqatha’ah. Begitu pula pendapat ini lemah karena surat Al-Baqarah dan Ali Imran diawali dengan huruf muqatha’ah namun pembicaraannya bukan ditujukan kepada orang musyrik. 

3- Untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur’an. Artinya, manusia atau makhluk tidak bisa mendatangkan yang semisal Al-Qur’an, padahal huruf muqatha’ah itu ada dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, setelah penyebutan huruf muqatha’ah, yang dibicarakan selanjutnya adalah tentang Al-Qur’an. Penjelasan ini cocok jika diaplikasikan ke 29 surat yang ayatnya diawali dengan huruf muqatha’ah

Pendapat yang ketiga dikemukakan oleh Fakhrudddin Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, didukung pula oleh Az-Zamakhsyari dalam kitab Kasyafnya, dan juga menjadi pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Abu Hajjaj Al-Mizzi. Demikian penjelasan yang disarikan dari Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 1: 241-248. 

Dan saya sendiri lebih condong pada pendapat yang ketiga tersebut, yakni untuk menunjukkan mukjizat Al-Qur'an.

Berikutnya, kita perlu mengetahui cara menafsirkan Al-Qur’an yang benar. Ibnu Katsir menunjukkan bagaimana cara terbaik menafsirkan Al-Qur’an sebagai berikut: 

1. Menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an. Jika ada ayat yang mujmal (global), maka bisa ditemukan tafsirannya dalam ayat lainnya. 

2. Jika tidak didapati, maka Al-Qur’an ditafsirkan dengan sunnah atau hadits. 

3. Jika tidak didapati, maka Al-Qur’an ditafsirkan dengan perkataan para sahabat karena mereka lebih tahu maksud ayat, lebih-lebih ulama sahabat dan para senior dari sahabat Nabi seperti khulafaur rosyidin yang empat, juga termasuk Ibnu Mas’ud, Ibnu ‘Umar, dan Ibnu ‘Abbas. 

4. Jika tidak didapati, barulah beralih pada perkataan tabi’in seperti Mujahid bin Jabr, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah (mantan budak Ibnu ‘Abbas), ‘Atho’ bin Abi Robbah, Al Hasan Al Bashri, Masruq bin Al Ajda’, Sa’id bin Al Musayyib, Abul ‘Aliyah, Ar Robi’ bin Anas, Qotadah, dan Adh Dhohak bin Muzahim. (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1431 H, 1: 5-16) 

Alif, lam, dan mim dibaca secara terpisah meski tertulis dalam bentuk satu kata. Ayat yang terletak di awal surah seperti ini disebut pula dengan huruf at-tahajji (huruf abjad). Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang ayat-ayat seperti ini. (Lihat Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an karya Muhammad bin Bahadur bin Abdullah az-Zarkasyi, [Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1391 H], juz 1, hal. 165) 

Menurut as-Suyuthi, pendapat yang tepat adalah bahwa alif, laam, dan miim termasuk ayat mutasyabih (samar) yang mengandung rahasia Allah (pesan rahasia) yang hanya diketahui oleh-Nya. (Lihat Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an karya Jalaludin as-Suyuthi, [Mesir: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1974], juz 1, hal. 190) 

Menurut Ibnu Abbas, ayat alif, lam, dan mim dan ayat lain yang sejenis merupakan singkatan dari kalimat tertentu. Ayat alif, lam, dan mim misalnya dimaknai sebagai singkatan dari Ana Allahu ‘Alim (Akulah Allah yang Maha Mengetahui). Dalam kesempatan lain, Ibnu Abbas mengatakan bahwa huruf-huruf itu adalah sumpah. (Lihat Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, karya Jalaludin as-Suyuthi, [Mesir: al-Hai’ah al-Mishriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 1974], juz 1, hal. 190) 

Menurut Qatadah, huruf-huruf tersebut merupakan nama-nama Al-Qur’an. Menurut Mujahid dan Ibnu Zaid, huruf-huruf itu adalah nama-nama surah. Dikatakan nama surah karena jika si fulan membaca, misalnya alif, lam, dan mim, maka pendengar pun mengetahui bahwa fulan sedang membaca sebuah surat yang dibuka dengan alif, lam, dan mim.  

Menurut al-Akhfasy, Allah bersumpah dengan huruf-huruf tersebut. (Lihat Ma’alim at-Tanzil, karya Abu Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, [Riyadh: Dar ath-Thayyibah li an-Nasy wa at-Tauzi’, 1997], juz 1, hal. 59.) 

Menurut at-Tustari, ayat-ayat tersebut adalah nama Allah yang mengandung berbagai makna dan sifat-Nya. Jika ayat tersebut dipisah-pisahkan, maka huruf alif berarti susunan yang diciptakan Allah. Dia menyusun segala sesuatu sesuai dengan yang Ia kehendaki. Sedangkan huruf lam berarti kelembutan-Nya yang abadi. Huruf mim berarti kedermawanan-Nya yang agung. Ayat-ayat yang demikian jika digabungkan satu sama lain akan menjadi kata yang bermakna nama Allah, seperti ayat alif, lam, dan rho, dengan haa mim dan nun, akan menjadi ar-Rahman yang berarti Maha Pengasih. (Lihat Tafsir at-Tustari, Juz 1, hal. 5.) 

Menurut Ibnu Katsir, pandangan-pandangan tersebut mungkin untuk dikompromikan, yaitu bahwa ayat-ayat tersebut merupakan nama-nama surah dan nama-nama Allah yang dipergunakan untuk mengawali suatu surah. Setiap huruf dalam ayat-ayat tersebut menunjuk kepada salah satu nama dari nama-nama Allah serta menunjuk kepada suatu sifat dari berbagai sifat-Nya. Hal itu sesuai dengan kebiasaan Al-Qur’an yang membuka awal surat dengan ungkapan pujian (tahmid), pensucian (tasbih), dan pengagungan (ta’zhim) kepada Allah. (Lihat Tafsir al-Qur’an al-Azhim, karya Ismail bin Umar bin Katsir al-Qarsyi ad-Damsyiqi, [Beirut: Dar al-Fikr, 1994], juz 1, hal. 158.) 

Ada pula sebagian ulama yang berpendapat bahwa huruf-huruf itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Quran itu, dan untuk mengisyaratkan bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf. Jika mereka tidak percaya bahwa Al-Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wassallam semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-Quran itu. (Lihat Tafsir al-Qur’an al-Azhim, karya Ismail bin Umar bin Katsir al-Qarsyi ad-Damsyiqi, [Beirut: Dar al-Fikr, 1994], juz 1, hal. 160). 

Bahasan mengenai makna alif lam mim ini akan kita lanjutkan lagi pada artikel berikutnya. 







Artikel Terkait Sains

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...